Senin, 13 Juni 2011

frizca rizky - ASKEP DENGAN FRAKTUR OS.MANDIBULARIS

I. FRAKTUR OS.MANDIBULARIS

II. DEFENISI
Rusaknya kontinuitas tulang mandibular yang dapat disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak langsung.
III.
IV. PATOFISIOLOGI
A. PENYEBAB FRAKTUR ADALAH TRAUMA
Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa
yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu :
• Osteoporosis Imperfekta
• Osteoporosis
• Penyakit metabolik
1.
2. TRAUMA
Trauma, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi dagu langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).

TANDA DAN GEJALA
• Nyeri hebat di tempat fraktur
• Tak mampu menggerakkan dagu bawah
• Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
• X.Ray
• Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
• Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
• CCT kalau banyak kerusakan otot.

PENATALAKSANAAN MEDIK
• Konservatif : Immobilisasi, mengistirahatkan daerah fraktur.
• Operatif : dengan pemasangan Traksi, Pen, Screw, Plate, Wire ( tindakan Asbarg)

RENCANA KEPERAWATAN

Prioritas Masalah
• Mengatasi perdarahan
• Mengatasi nyeri
• Mencegah komplikasi
• Memberi informasi tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONALISASI

1.
Potensial terjadinya syok sehubungan dengan perdarah-an yang banyak
INDENPENDEN:
• Observasi tanda-tanda vital.

• Mengkaji sumber, lokasi, dan banyak- nya per darahan

• Memberikan posisi supinasi


• Memberikan banyak cairan (minum)


KOLABORASI:
• Pemberian cairan per infus



• Pemberian obat koagulan sia (vit.K, Adona) dan peng- hentian perdarahan dengan fiksasi.

• Pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht)


• Untuk mengetahui tanda-tanda syok sedini mungkin
• Untuk menentukan tindak an


• Untuk mengurangi per darahan dan mencegah ke-kurangan darah ke otak.
• Untuk mencegah ke ku-rangan cairan
(mengganti cairan yang hilang)

• Pemberian cairan per infus.



• Membantu proses pem-bekuan darah dan untuk meng hentikan perdarahan.


• Untuk mengetahui kadar Hb, Ht apakah perlu trans-fusi atau tidak.

2.
Gangguan rasa nyaman:
Nyeri sehubungan dengan perubahan fragmen tulang, luka pada jaringan lunak, pemasangan back slab, stress, dan cemas
INDEPENDEN:
• Mengkaji karakteristik nyeri : lokasi, durasi, inten-sitas nyeri dengan meng-gunakan skala nyeri (0-10)
• Mempertahankan immobi-lisasi (back slab)

• Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka.

• Menjelaskan seluruh pro-sedur di atas


KOLABORASI:
• Pemberian obat-obatan analgesik


• Untuk mengetahui ting-kat rasa nyeri sehingga dapat menentukan jenis tindak annya.
• Mencegah pergeseran tu-lang dan pe- nekanan pada jaring- an yang luka.
• Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan me- ngurangi nyeri.
• Untuk mempersiapkan men-tal serta agar pasien ber-partisipasi pada setiap tin-dakan yang akan dilakukan.

• Mengurangi rasa nyeri

3.
Potensial infeksi sehubungan dengan luka terbuka.
INDEPENDEN:
• Kaji keadaan luka (konti-nuitas dari kulit) terhadap ada- nya: edema, rubor, kalor, dolor, fungsi laesa.
• Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka.
• Merawat luka dengan meng-gunakan tehnik aseptik

• Mewaspadai adanya keluhan nyeri mendadak, keterba-tasan gerak, edema lokal, eritema pada daerah luka.

KOLABORASI:
• Pemeriksaan darah : leokosit

Pemberian obat-obatan :
• antibiotika dan TT (Toksoid Tetanus)
• Persiapan untuk operasi sesuai indikasi


• Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.


• Meminimalkan terjadinya kontaminasi.

• Mencegah kontaminasi dan kemungkinan infeksi silang.

• Merupakan indikasi adanya osteomilitis.



• Lekosit yang meningkat artinya sudah terjadi proses infeksi


• Untuk mencegah kelan-jutan terjadinya infeksi. dan pencegah an tetanus.
• Mempercepat proses pe-nyembuhan luka dan dan penyegahan peningkatan infeksi.

4.
Gangguan aktivitas s/d keru-sakan neuromuskuler ske-letal, nyeri, immobilisasi.
INDEPENDEN:
• Kaji tingkat im- mobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang immobilisasi ter- sebut.
• Mendorong parti- sipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca kora, dll ).




• Menganjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang tidak.




• Membantu pasien dalam perawatan diri




• Auskultasi bising usus, monitor kebiasaan elimi-nasi dan menganjurkan agar b.a.b. teratur.

• Memberikan diit tinggi protein , vitamin , dan mi- neral.





KOLABORASI :
• Konsul dengan bagi- an fisioterapi


• Pasien akan mem- batasi gerak karena salah persepsi (persepsi tidak proporsi-onal)

• Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memusatkan perhatian, me-ningkatkan perasaan me-ngontrol diri pasien dan membantu dalam mengu-rangi isolasi sosial.

• Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk me- ningkatkan tonus otot, mempertahankan mobilitas sendi, mencegah kontraktur / atropi dan reapsorbsi Ca yang tidak digunakan.

• Meningkatkan kekuatan dan sirkulasi otot, meningkat-kan pasien dalam me- ngontrol situasi, me- ningkatkan kemauan pasien untuk sembuh.

• Bedrest, penggunaan anal-getika dan perubahan diit dapat menyebabkan penu-runan peristaltik usus dan konstipasi.
• Mempercepat proses pe-nyembuhan, mencegah pe-nurunan BB, karena pada immobilisasi biasanya terjadi penurunan BB (20 - 30 lb).
• Catatan : Untuk sudah dilakukan traksi.

• Untuk menentukan program latihan.

5.
Kurangnya pengetahuan ttg kondisi, prognosa, dan pengo- batan sehubungan dengan kesalahan dalam pe- nafsiran, tidak familier dengan sumber in- formasi.
INDEPENDEN:
• Menjelaskan tentang ke-lainan yg muncul prognosa, dan harapan yang akan datang.

• Memberikan dukung an cara-cara mobili- sasi dan ambulasi sebagaimana yang dianjurkan oleh bagi- an fisioterapi.




• Memilah-milah aktif- itas yang bisa mandiri dan yang harus dibantu.



• Mengidentifikasi pe- layanan umum yang tersedia seperti team rehabilitasi, perawat keluarga (home care)
• Mendiskusikan tentang perawatan lanjutan.


• Pasien mengetahui kondisi saat ini dan hari depan sehingga pasien dapat menentu kan pilihan..

• Sebagian besar fraktur memerlukan penopang dan fiksasi selama proses pe- nyembuhan sehingga keterlambatan pe- nyembuhan disebab- kan oleh penggunaan alat bantu yang kurang tepat.

• Mengorganisasikan kegiatan yang diperlu kan dan siapa yang perlu menolongnya. (apakah fisioterapi, perawat atau ke- luarga).
• Membantu meng- fasilitaskan perawa- tan mandiri memberi support untuk man- diri.

• Penyembuhan fraktur tulang kemungkinan lama (kurang lebih 1 tahun) sehingga perlu disiapkan untuk perencanaan perawatan lanjutan dan pasien koopratif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar